Saturday, December 23, 2006

Agro Wisata Kebun Kopi Jampit Kalisat Jember

KAWASAN wisata Kebun Kalisat-Jampit memang unik dan mengandung tantangan tersendiri. Dari aspek akses masuk menuju lokasi wisata itu saja sudah menimbulkan rasa ingin tahu pengunjung, belum lagi lokasi yang tersembunyi dan terpencil di sekitar dataran tinggi Ijen. Perkebunan kopi ini dengan mudah bisa diakses dari jalan raya jalur Kota Bondowoso- Kabupaten Situbondo.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 12 kilometer, kita akan menjumpai pertigaan Gardu Atak. Dari pertigaan tersebut, kita berbelok ke arah timur melewati Sukosari. Dari sana, lalu berbelok ke arah utara untuk kemudian melanjutkan perjalanan yang berkelok- kelok menuju Perkebunan Kopi Arabika Kalisat–Jampit yang terletak di Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso.

Dari Gardu Atak menuju Kebun Kalisat–Jampit, terbentang jarak sepanjang 43 kilometer. Di sepanjang perjalanan, panorama perkebunan, baik itu perkebunan cokelat atau tebu, sangat mendominasi. Selain itu, udara sejuk khas pegunungan akan segera menyergap begitu sampai di jalanan menuju lokasi kebun.
Kalau Anda pergi ke sana naik kendaraan atau angkutan umum, hanya ada satu jenis angkutan yang bisa dipakai, yakni kendaraan angkutan pedesaan seperti mikrolet dengan ongkos Rp 6.000 per orang, sampai ke perkebunan.
Namun, perlu diingat, angkutan tersebut merupakan angkutan pedesaan sehingga bagi pengunjung yang memiliki jiwa petualang, harap memahami jadwal keberangkatan dan kedatangan angkutan yang serba tidak pasti.

ADMINISTRATUR Kebun Kalisat–Jampit Syuhadak menceritakan, obyek Wisata Agro Kalisat–Jampit Arabika Home Stay atau lebih dikenal sebagai Kebun Kalisat-Jampit dan biasa disingkat menjadi Kaja itu memiliki sejarah tersendiri.
Tempat itu pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1900-an dengan nama Davit Bernie Administrate Kantoor. Pada tahun 1955 berubah nama menjadi Landbouw Matschappij oud Djember. Kemudian pada tahun 1958, kebun tersebut diambil alih atau dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Di tahun 1961 dinamai PPN Kesatuan Jawa Timur VII. Tahun 1963 berubah lagi menjadi PNP XXVI.
Tahun 1972 berubah menjadi PT Perkebunan XXVI (Persero). Dengan pergantian pemerintahan, sejak tahun 1996 sampai sekarang, lalu menjadi PT Perkebunan Nusantara XII.

Berdiri di atas lahan seluas 3.105,40 hektar, perkebunan yang menawarkan kopi arabika sebagai komoditas wisata andalan itu terletak pada ketinggian 1.100-1.550 meter di atas permukaan air laut. Karena tingkat elevasi yang berbeda- beda itulah, cita rasa setiap varietas kopi yang dihasilkan menjadi beragam dan khas.
Karena tingkat elevasi yang lumayan tinggi itu, di kala musim pancaroba, dari musim hujan ke musim kemarau, suhu bisa menjadi sangat rendah, sampai empat derajat Celsius pada dini hari.
Syuhadak menuturkan, awal ide mendirikan tempat wisata Kebun Kalisat-Jampit itu adalah kebanggaan karena kopi yang dihasilkan merupakan kopi khusus yang sudah dikenal sejak zaman dulu, yaitu kopi yang dikenal sebagai kopi jawa atau java coffee yang tidak akan ditemui di tempat lain
Yang ditanam di sana pun kopi jenis yang sudah dikenal di dunia perdagangan kopi arabika internasional, seperti kopi jenis tibika, kartika I dan II, serta jenis usda.
Namun, yang lebih mendukung terwujudnya ide pendirian kebun itu adalah hasil pengamatan petugas PT Perkebunan Nusantara XII, banyak wisatawan asing, terutama asal Perancis, betah berlama-lama tinggal di kawasan itu. Terutama karena di puncak kawasan itu terdapat kawasan Kawah Ijen yang indah.

Para wisatawan betah berada di kawasan itu karena kawasan tersebut terkenal sebagai kawasan yang sejuk dan tenang. "Wisatawan Perancis itu sangat menyukai suasana alam dan ketenangan," katanya.
Berawal dari temuan itulah, PT Perkebunan Nusantara XII lantas membangun beberapa fasilitas yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Di antaranya berupa 19 buah kamar home stay dan 5 buah kamar Jampit Guest House. Sarana akomodasi juga dilengkapi kolam renang, kolam pancing, dan lapangan tenis.
Wisatawan Perancis memang yang tercatat terbanyak. Tahun 2001, wisatawan Perancis yang datang sekitar 657 orang, meningkat di tahun 2002 menjadi 954 orang. Tahun 2003 menjadi 413 orang dan meningkat lagi menjadi 924 pengunjung pada 2004. Wisatawan asing lainnya fluktuatif antara 200-an sampai 300-an per tahun.
Yang membanggakan adalah jumlah kunjungan wisatawan lokal yang terus meningkat. Tahun 2001 tercatat sebanyak 1.863 orang. Tahun 2002 1.336 orang, tahun 2003 sebanyak 1.486 orang, dan tahun 2004 ada 1.546 orang.

SALAH satu tawaran paket wisata yang tidak bisa dilewatkan begitu saja adalah tur pabrik dan tur kebun. Dengan mengikuti kedua tur tersebut, pengunjung bisa menyaksikan aktivitas kerja keseharian sehingga bisa mengetahui proses panen dan pascapanen.
Syuhadak menuturkan, tur kebun paling bagus dilakukan pada bulan-bulan panen raya kopi arabika, yaitu sekitar bulan Juli-Agustus. Saat-saat itu, wisatawan bisa turut merasakan menjadi petani kopi yang memetik bijih kopi.
Melewati proses pemanenan merupakan pengalaman tersendiri yang menyenangkan. Mulai dari pendataan pemetik, tahap pemetikan, tahap pemisahan biji kopi berwarna merah dan hijau, hingga penyerahan hasil petikan ke pabrik.
A Mahmudy, sinder pabrik di lingkungan Kebun Kalisat– Jampit sebagai pemandu, akan mengantar wisatawan melihat bak-bak pemisah bijih kopi hingga ke pengolahan. Proses diawali dengan pemisahan bijih merah dengan hijau. Bijih hijau langsung diproses, sedangkan bijih merah dipisahkan antara bijih tenggelam dan bijih rambangan.
Bijih-bijih itu lalu difermentasi selama 36 jam lalu ditiriskan selama 12 jam. "Proses fermentasi dan penirisan merupakan faktor penentu awal kualitas bijih kopi," katanya. Berikutnya lalu dijemur di bawah sinar matahari selama 9–10 hari sampai kadar air 36 persen. Dilanjutkan dengan pengeringan mekanik, 36–48 jam sampai kadar air 11 persen.
Bijih kopi kemudian disimpan, disortir, disangrai, kemudian dipak.
Penyimpanan dan pengepakan yang tepat akan menimbulkan cita rasa khas kopi tercipta. Sekitar 90 persen produk diekspor ke luar negeri dan sisanya untuk suplai.

Dikitari pemandangan alam yang elok dan kekhasan tradisi masyarakat petani kopi menjadikan Kebun Kalisat–Jampit salah satu areal romantis di dataran tinggi Ijen. Sungguh suatu perjalanan wisata yang unik dan berbeda.

SUmber : Kompas (Helena Fransisca Nababan)

 

No comments: